Pemerintah Hong Kong telah memulai proses umpan balik publik mengenai usulan undang-undang untuk menetapkan kerangka perizinan bagi penyedia layanan perdagangan aset virtual (VA) over-the-counter (OTC).
Langkah ini dilakukan sebagai respons terhadap bukti bahwa operator VA OTC terlibat dalam aktivitas penipuan, sehingga menyoroti pentingnya penerapan tindakan regulasi pada layanan OTC di bawah kerangka Anti-Pencucian Uang dan Pembiayaan Teroris (AMLO). Tujuannya adalah untuk memitigasi risiko yang terkait dengan pencucian uang dan pendanaan terorisme.
Berdasarkan peraturan yang diusulkan, setiap entitas yang terlibat dalam bisnis menawarkan perdagangan spot aset virtual untuk mendapatkan uang tunai Hong Kong akan diminta untuk mendapatkan izin dari Komisaris Bea dan Cukai (CCE). Proposal ini juga berupaya untuk memperluas pengawasan peraturan untuk mencakup semua layanan VA OTC, memberdayakan CCE untuk mengawasi kepatuhan pemegang izin terhadap mandat anti pencucian uang dan anti pendanaan teroris. Para pemangku kepentingan diundang untuk menyampaikan pendapat dan masukan mereka selama periode konsultasi dua bulan, yang berakhir pada 12 April 2024.
Selain itu, dalam pembaruan terkini, Komisi Sekuritas dan Berjangka Hong Kong mengungkapkan revisi kebijakannya mengenai penjualan mata uang virtual dan prasyarat peraturan terkait, yang didorong oleh perkembangan pasar dan masukan dari industri.
Sejalan dengan pedoman yang diperbarui, aset virtual kini akan diklasifikasikan sebagai produk kompleks, sehingga tunduk pada kerangka peraturan yang berlaku untuk instrumen keuangan analog. Komisi tersebut menunjuk pada dana yang diperdagangkan di bursa mata uang kripto (ETF) dan produk yang diluncurkan di luar Hong Kong sebagai contoh produk kompleks tersebut.