
Saat anggota parlemen AS mendorong kenaikan kontroversial sebesar $5 triliun dalam plafon utang federal, investor Bitcoin mengamati dengan saksama—tetapi mungkin karena alasan yang salah. Sementara beberapa pedagang memperkirakan lonjakan harga Bitcoin sebagai respons terhadap meningkatnya utang AS, pemeriksaan lebih dekat terhadap sejarah pasar dan indikator ekonomi makro memberikan gambaran yang lebih bernuansa.
Kenaikan Batas Utang: Tidak Ada Katalis yang Jelas untuk Bitcoin
Data historis tidak banyak mendukung gagasan bahwa menaikkan pagu utang AS secara langsung memicu reli Bitcoin. Faktanya, hanya sekali—pada bulan Juni 2023—Bitcoin mencatat keuntungan pasca-pagu utang dalam kurun waktu enam bulan. Lebih umum lagi, mata uang kripto tersebut membukukan kinerja yang kurang bersemangat atau negatif setelah keputusan fiskal serupa.
Pola ini tetap berlaku bahkan saat narasi yang menyatakan bahwa Bitcoin berfungsi sebagai lindung nilai terhadap ketidakbertanggungjawaban fiskal AS semakin menguat. Optimisme saat ini, yang dipicu oleh kemajuan tipis Senat atas apa yang disebut "One Big Beautiful Bill" dari Presiden Trump, mungkin terlalu dini. Undang-undang tersebut, yang diperkirakan oleh Congressional Budget Office akan meningkatkan defisit federal sebesar $3.3 triliun selama dekade berikutnya, sekarang menunggu pemungutan suara di DPR.
Sinyal Stabilitas Harga Bitcoin Menunjukkan Narasi Makro yang Lebih Luas
Meskipun ada kegaduhan politik, Bitcoin tetap stabil. Hingga Selasa, aset digital tersebut diperdagangkan pada harga sekitar $105,000—tidak berubah dari lima bulan sebelumnya. Stasis harga ini terjadi bahkan saat pasar mengantisipasi kenaikan plafon utang, dan para ekonom memperingatkan bahwa pemerintah federal akan menghabiskan dana pada pertengahan Agustus jika tidak ada tindakan legislatif.
Ketenangan yang relatif ini menunjukkan bahwa perilaku harga Bitcoin baru-baru ini tidak terlalu bergantung pada perkembangan legislatif, tetapi lebih pada sentimen ekonomi yang lebih luas. Pelaku pasar tampaknya memperhitungkan konsekuensi jangka panjang dari pengeluaran defisit yang berkelanjutan dan pergeseran kebijakan moneter, daripada bereaksi terhadap tonggak kebijakan individual.
Federal Reserve: Penggerak Sebenarnya dari Nilai Bitcoin
Sementara kebijakan fiskal menjadi berita utama, kebijakan moneter tetap menjadi pendorong yang lebih kuat bagi nilai Bitcoin. Klaim Menteri Keuangan Scott Bessent bahwa RUU tersebut merupakan langkah menuju "pengendalian utang" telah menuai kritik dari para komentator keuangan, termasuk pendiri NorthmanTrader Sven Henrich. Henrich berpendapat bahwa pendekatan saat ini—yang dicirikan oleh perluasan defisit secara bersamaan dan sinyal moneter yang dovish—mencerminkan logika kontroversial teori moneter modern.
Dalam lingkungan ini, lintasan suku bunga Federal Reserve menjadi pusat perhatian. Suku bunga yang terus-menerus tinggi akan meningkatkan biaya pembayaran utang, yang berpotensi memicu tekanan keuangan yang lebih luas. Sebaliknya, peralihan ke kebijakan yang lebih longgar dapat melemahkan daya beli global dolar AS, yang memperkuat daya tarik Bitcoin sebagai penyimpan nilai.
Imbal Hasil Treasury dan Narasi Pemisahan Bitcoin
Secara tradisional, terdapat korelasi positif antara imbal hasil Treasury 10 tahun dan harga Bitcoin, dengan keduanya meningkat sebagai respons terhadap kekhawatiran investor atas inflasi dan ketidakstabilan ekonomi. Namun, tren terkini menunjukkan adanya potensi pemisahan. Sementara imbal hasil Treasury turun dari 4.50% menjadi 4.25% pada bulan Juni, Bitcoin mempertahankan posisinya di atas $105,000.
Perbedaan ini menyiratkan bahwa Bitcoin mungkin lebih merespons ekspektasi penurunan nilai mata uang daripada pergerakan pasar obligasi. Yang mendukung pandangan ini adalah aliran modal masuk ke aset lain yang dilindungi inflasi, seperti ekuitas dan komoditas, yang menunjukkan investor bersiap menghadapi pelemahan dolar lebih lanjut.
Kesimpulan: Kekuatan Bitcoin Tidak Hanya Berpusat di Washington
Meskipun kenaikan di atas $110,000 di masa mendatang bukanlah sesuatu yang mustahil, menghubungkan kenaikan tersebut secara langsung dengan disahkannya "Big Beautiful Bill" terlalu menyederhanakan dinamika rumit yang terjadi. Ketahanan Bitcoin di tengah ketidakpastian fiskal tidak terlalu mencerminkan tindakan Kongres, tetapi lebih mencerminkan kekhawatiran investor tentang erosi jangka panjang dolar AS.
Seperti yang dicatat dalam komentar terbaru dari The Kobeissi Letter, devaluasi dolar sekarang dibentuk oleh serangkaian faktor—termasuk tarif, pengeluaran defisit kronis, dan meningkatnya tekanan pada Federal Reserve untuk melakukan perubahan. Dalam konteks ini, peran Bitcoin sebagai lindung nilai terhadap risiko moneter sistemik terus berkembang, meskipun drama plafon utang sebagian besar masih bersifat simbolis.